Home / Advertorial

Rabu, 12 Maret 2025 - 10:15 WIB

Museum Tsunami Aceh, Napak Tilas Sejarah dan Kebangkitan dari Tragedi

mm Mohd. S

Acehreal.com – Pernahkah kalian membayangkan menghadapi gelombang raksasa yang tiba-tiba menghancurkan segalanya? Tragedi tsunami Aceh pada 2004 menjadi salah satu bencana paling dahsyat dalam sejarah modern.

Untuk mengenang peristiwa itu sekaligus menyampaikan pesan kebangkitan, Museum Tsunami Aceh berdiri sebagai simbol memori dan harapan. Museum ini terletak di Banda Aceh, Indonesia, dan dirancang untuk menjadi pengingat simbolis bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, serta berfungsi sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat jika daerah tersebut dilanda tsunami lagi.

Tsunami Aceh, 26 Desember 2004 

Pada pagi hari, 26 Desember 2004, sekitar pukul 07:58 WIB, gempa bumi berkekuatan 9,1–9,3 Skala Richter (SR) mengguncang dasar laut di Samudra Hindia, sekitar 150 km barat Sumatra. Gempa ini memicu tsunami dahsyat dengan gelombang setinggi 30 meter yang menyapu Aceh dan 14 negara lainnya. Pergerakan lempeng tektonik ini memicu terjadinya gempa megathrust, yang menghasilkan dorongan besar pada air laut. Dalam waktu singkat, gelombang tsunami besar dengan kecepatan hingga 800 km/jam terbentuk. Gelombang ini menghantam pesisir barat Sumatera, termasuk Banda Aceh, Meulaboh, dan daerah-daerah pesisir lainnya di Aceh. Tsunami ini juga melanda negara-negara tetangga, yakni Thailand, Sri Lanka, India, dan Maladewa.

Menghidupkan Memori di Museum Tsunami

Museum Tsunami Aceh bukan sekadar bangunan, melainkan sebuah pengingat akan kekuatan alam yang dahsyat dan semangat manusia untuk bangkit. Terletak di Banda Aceh, museum ini dibangun untuk mengenang tragedi tsunami 2004 yang menelan ratusan ribu korban jiwa. Selain menjadi monumen peringatan, museum ini juga berfungsi sebagai pusat edukasi dan kebudayaan yang menarik untuk dikunjungi. Yuk, simak apa saja yang bisa kita eksplorasi di sini!

Baca Juga :  PBB Gelar Pameran Foto di Museum Tsunami

Bangunan museum ini didesain oleh seorang dosen arsitektur ITB Bandung, M. Ridwan Kamil. Desain yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill ini mengambil ide dasar dari rumah tradisional Aceh, yaitu rumah panggung. Museum ini dibangun dengan dana sekitar Rp 70 miliar dan memiliki 2 lantai. Lantai 1 merupakan area terbuka yang dapat dilihat dari luar dan berfungsi sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami.

Museum Tsunami ini menyimpan sekitar 6.038 koleksi, yang dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu koleksi etnografika, arkeologika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika, serta historika dan ruang audio visual. Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, beberapa akan diadakan dalam pameran temporer, sehingga pengunjung dapat menyaksikan semuanya secara bersamaan. Pengelola museum merotasi koleksi setiap enam bulan sekali. Dalam satu pameran, terdapat sekitar 1.300 koleksi yang tersebar di tiga titik: rumah Aceh, pameran temporer, dan ruang pameran tetap.

Baca Juga :  PBB Gelar Pameran Foto di Museum Tsunami

Di lantai pertama, pengunjung akan menemukan ruangan-ruangan yang menceritakan rekam jejak bencana tsunami, seperti ruang pamer tsunami, ruang pratsunami, saat tsunami, hingga ruang pasca-tsunami. Gambar-gambar peristiwa tsunami, artefak yang tersisa, dan diorama yang detail membuat kita seolah-olah menyaksikan kembali kejadian tersebut. Salah satu diorama yang menarik perhatian adalah kapal nelayan yang diterjang gelombang tsunami. Selain itu, replika kapal PLTD Apung yang terdampar di Punge Blang Cut juga ada di sini. Melalui visual yang nyata, lantai ini membawa kita untuk memahami dahsyatnya tragedi yang pernah melanda Aceh.

Naik ke lantai dua, pengunjung diajak untuk belajar lebih dalam tentang mitigasi bencana dan teknologi modern. Ruangan ini dilengkapi dengan media pembelajaran seperti perpustakaan, ruang alat peraga, dan ruang 4D (empat dimensi). Tidak lupa, ada juga toko suvenir yang menawarkan berbagai kenang-kenangan khas Aceh. Alat peraga di lantai ini termasuk rancangan bangunan tahan gempa dan model diagram patahan bumi. Selain itu, ruang lukisan bencana dan diorama terus disempurnakan untuk memberikan pengalaman yang lebih interaktif dan edukatif.

Arsitektur: Simbol Keberagaman dan Kepasrahan

Eksterior museum ini berbentuk seperti kapal besar dengan menara yang menjulang tinggi di atasnya. Desain ini tidak hanya megah tetapi juga penuh makna. Dindingnya dihiasi ornamen dekoratif transparan yang terinspirasi dari anyaman bambu. Desain ini melambangkan keberagaman budaya Aceh. Di bagian interior, museum ini dirancang untuk menggiring pengunjung pada perenungan. Ruangan-ruangannya mencerminkan kepasrahan dan pengakuan akan kekuatan Tuhan. Salah satu ornamen unik adalah motif tarian saman yang melambangkan hablumminannas, konsep hubungan antar manusia dalam Islam.

Baca Juga :  PBB Gelar Pameran Foto di Museum Tsunami

Lokasi dan Harga Tiket

Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 3, Gampongn Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Posisinya tidak jauh dari Masjid Baiturrahman, sekitar 11 menit berjalan kaki dan 1 menit dengan kendaraan bermotor, serta bersebelahan dengan Kompleks Makam Belanda (Kerkhof).

Untuk masuk ke Museum Tsunami Aceh, biaya tiket yang dikenakan adalah Rp 3.000 untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa; Rp 5.000 untuk umum dan orang dewasa; dan Rp 15.000 untuk turis mancanegara/asing. Museum beroperasi setiap hari (kecuali Jumat) mulai pukul 09.00-16.00 WIB.

Makna yang Lebih Dalam

Museum Tsunami Aceh tidak hanya menghadirkan kisah tragedi, tetapi juga menjadi pengingat untuk selalu waspada terhadap bencana. Setiap sudutnya mengajarkan kita untuk menghargai hidup dan saling membantu sesama. Bagi kalian yang berencana berkunjung ke Banda Aceh, Museum Tsunami adalah destinasi yang wajib masuk dalam daftar perjalanan. Tidak hanya memori yang menyentuh, pengalaman di sini akan memberikan wawasan baru yang bermakna.

Editor: Almira AriqaSumber: https://Roote%20Trails

Share :

Baca Juga

Advertorial

Aceh Ramadhan Festival 2025, Hadirkan Tradisi, Ekonomi Syariah dan Wisata Islami

Advertorial

PBB Gelar Pameran Foto di Museum Tsunami